MAKALAH
PROSEDUR
KELOMPOK DALAM KONSELING
“KLEPTOMANIA”
Disusun
Oleh :
- Zaliah Parlinda NIM : 120509506
- Yanti Sarah NIM : 1205095068
- Frengky NIM : 1205095073
- Ida Faridah J. NIM : 1205095077
- Rimayatun Indama NIM : 1205095080
- Sherina NIM : 1205095088
- Armi Rifametia NIM : 1205095097
- Intan safariyah NIM : 1205095100
- Riski Rindani N. NIM : 1205095108
- Ermi Yanti NIM : 1205095109
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi ALLAH SWT yang telah memberikan segala nik’matnya kepada hamba-hamba-NYA
dan oleh karena itu makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik walaupun
dalam penulisan ini masih begitu banyak kekurangannya.
Dan kami
ucapkan rasa terima kasih kami kepada kedua orang tua kami yang selalu memberi kami semangat dalam menuntut ilmu
yang pada akhirnya memberikan semangat motivasi kami dalam menuntut ilmu.
Dan kami
ucapkan pula rasa terima kasih kami kepada
Bapak Rahman, S.Pd. M,Pd yang dengan sabar membimbing kami dan menuntun
kami dalam belajar.
Mungkin
kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh sekali dari
kesempurnaan, baik dari isi, penyajiannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun untuk menuju kesempurnaan dalam penulis ini. Semoga hadirnya makalah yang sederhana ini bisa memberi manfaat untuk pembaca dan terutama untuk penulis.
Samarinda, 20 November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ....................................................................................................... 4
B.
Rumusan
Masalah .................................................................................................. 4
C.
Tujuan
Penulisan .................................................................................................... 5
BAB
II : DASAR TEORI
A.
Konsep
Dasar.......................................................................................................... 6
B.
Definisi
Kleptomania Berdasarkan Beberapa Sumber................................................ 6
BAB III :
PEMBAHASAN
A.
Ciri-ciri
Kleptomania................................................................................................. 9
B.
Faktor
Penyebab Kleptomania................................................................................ 10
C.
Pendekatan
Kleptomania......................................................................................... 11
D.
Pencegahan
dan Cara Mengatasi Kleptomania.......................................................... 16
BAB IV : PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................................. 20
B.
Saran...................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Klepto itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan sejak
lahir,warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku Klepto itu
bisa dilakukan oleh individu yang memiliki penyakit sikologis, baik wanita
maupun pria dapat berlangsung pada usia anak, dewasa ataupun lanjut umur.
Tindak seseorang yang memiliki sikap penyakit Klepto bisa dilakukan secara
tidak sadar, yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu maksud
tertentu secara sadar benar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar;
misalnya didorong oleh impuls-impuls yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan
paksaan yang sangat kuat (kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-obsesi. Klepto
bisa juga dilakukan secara tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa
untuk mempertahankan hidupnya, seseorang harus melawan dan terpaksa membalas
menyerang, sehingga terjadi peristiwa pembunuhan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian kleptomania berdasarkan
Beberapa Sumber?
2. Bagaiman ciri-ciri kleptomania?
3. Apa saja faktor penyebab terjadinya
kleptomania?
4. Pendekatan apa saja yang digunakan
untuk mencegah kleptomania?
5. Bagaimana cara pencegahan dan cara mengatasi
kleptomania?
C.
Tujuan
penulisan
1.
Untuk
mengetahui serta memahami pengertian kleptomania berdasarkan Beberapa Sumber.
2.
Untuk
mengetahui serta memahami ciri-ciri kleptomania.
3.
Untuk
mengetahui serta memahami faktor penyebab kleptomania.
4.
Untuk
mengetahui serta memahami Pendekatan yang digunakan untuk mencegah kleptomania.
5.
Untuk
mengetahui serta memahami cara pencegahan dan cara mengatasi kleptomania.
BAB
II
DASAR
TEORI
A.
Konsep
Dasar
Kata kleptomania di kalangan
masyarakat kita belum diketahui secara umum dan dalam bahasa sehari-hari pun
belum dipahami arti sesungguhnya sesuai dengan pengertian secara intelektual medis.
Oleh karena itu, kita tidak bisa menyalahkan sepenuhnya bila misalnya ada
kejadian-kejadian yang sangat sadis dan berlebihan dalam menangani masalah
pencurian yang sangat sepele di lingkungan tempat tinggal, di toko-toko atau di
jalan tanpa diketahui dulu historikal pencurinya.Untuk menghindari
kejadian-kejadian seperti itu kita seharusnya mengetahui dulu latar belakang
medis si pencuri itu sendiri, apakah ia menelan obat antidepressiva dari dokter
karena kleptomania atau tidak.
B.
Pengertian
Kleptomania Berdasarkan Beberapa Sumber
Kegagalan
rekuren untuk menahan impuls untuk mencuri barang-barang yang tidak diperlukan
untuk pemakaian pribadi atau yang memiliki arti ekonomi, benda-benda yang
diambil sering kali dibuang, dikembalikan secara rahasia, atau disembunyikan.
Orang kleptomania mungkin merasa marah atau balas dendam, mereka juga tidak
mempertimbangkan kemungkinan penangkapan meskipun penahanan yang berulang
menyebabkan penderitaan dan rasa malu. (Kaplan dan Sadock, 1997 : 224)
Orang dengan
klpetomania tidak mencuri untuk alasan ekonomis. Barang-barang yang mereka curi
pada umumnya bukanlah barang barang yang mereka butuhkan karena bukan barang
tersebut yang menjadi sasaran mereka melainkan tindakan mencuri itu sendirilah
yang merupakan sasaran. (Kaplan dan Sadock, 1997). Mereka mencuri tidak
direncanakan dan tidak melibatkan orang lain.
Ketidak
mampuan seseorang menolak dorongan berulang untuk mencuri barang barang yang
seebenarnya tidak diperlukan untuk kegunaan pribadi atau yangdicuri bukan karena?nilai
uangnya. Tindakannya mengikuti pola tertentu yaitu merasakan ketegangan tepat
sebelum mencuri dan diikuti rasa puas atau lega saat pencurian dilakukan (Mc.
Elroy dan Arnold, 2001)
Gangguan yang
ditandai oleh kegagalan menahan dorongan yang berulang untuk mencuri sesuatu
yang tidak menghasilkan uang. Barang itu kemudian dibuang, diberikan kepada
orang lain atau dikumpulkan. (PPDGJ III, 1993)
Kleptomania (bahasa Yunani:
κλέπτειν, kleptein, “mencuri”, μανία, “mania”) adalah penyakit jiwa yang membuat
penderitanya tidak bisa menahan diri untuk mencuri, tidak dapat menahan
keinginan untuk mengumpulkan atau menimbun barang. Orang dengan kelainan ini
terdorong untuk mencuri barang-barang, umumnya barang-barang yang tidak
berharga, seperti mencuri gula, permen, sisir, atau barang-barang lainnya. Sang
penderita biasanya merasakan rasa tegang subjektif sebelum mencuri dan
merasakan kelegaan atau kenikmatan setelah mereka melakukan tindakan mencuri
tersebut. Tindakan ini harus dibedakan dari tindakan mencuri biasa yang
biasanya didorong oleh motivasi keuntungan dan telah direncanakan sebelumnya.
Klepto diartikan sebagai suatu
kecendrungan yang dimiliki seseorang untuk mengambil benda-benda milik orang
lain, dengan atau tanpa sepengetahuan orang tersebut. Mania berarti dilakukan
berulang kali dan menjadi suatu kebutuhan untuk orang tersebut. Kleptomania
sebenarnya sama saja dengan mencuri karena intinya adalah mengambil milik orang
lain. Kleptomania sebenarnya bukanlah suatu kecendrungan yang dibawa sejak
lahir, namun hal tersebut terjadi karena proses pengkondisian diri lingkungan
sosial. Jika dibiarkan dan tidak ditangani maka seiring dengan usia, perilaku
kleptomania akan berkembang menjadi perilaku-perilaku buruk yang lain seperti
berkata bohong, menyangkal, menyalahkan orang lain, tidak bertanggung jawab dan
memanipulasi fakta yang kesemuanya akan bermuara pada pembentukan sifat kurang
peka terhadap perasaan orang lain atau yang lebih parah adalah tingkah laku
yang anti sosial atau psikopat.
Kleptomania merupakan suatu gangguan
psychis (gangguan kejiwaan) yang disebabkan oleh pengalaman dan perilaku
masa kecil yang mendalam dan banyak faktor yang membuat kebiasaan itu
semakin tumbuh berkembang. Gangguan kejiwaan semacam ini bukan karena
khayalan atau halusinasi, sehingga pengidap kleptomania juga bisa
didiagnosa dan diobservasi dari kebiasaan dan kelakuan yang mereka lakukan
ketika melihat barang atau sesuatu yang dimiliki orang. Mereka
melakukan pencurian kecil-kecilan bukan karena cemburu atau benci terhadap
orang yang mempunyai barang tertentu tetapi hanya karena ada dorongan dari
otaknya untuk melakukan pengambilan barang itu yang menjadi semacam
tantangan untuk membuktikan pada dirinya bahwa dia bisa melakukan itu
tanpa diketahui oleh orang yang punya.
Kleptomania adalah gangguan fungsi kepribadian
yang ditandai oleh kebiasaan mencuri. Berbeda dari pencurian biasa, pada
penderita kleptomania benda yang dicuri biasanya tidak ada hubungannya dengan
pemenuhan kebutuhan pribadi yang bersangkutan, bahkan bila diperhatikan nilai materi benda yang dicuri juga sangat
kurang berharga. Biasanya sebelum terjadi pencurian penderita mengalami
keadaaan ketegangan emosional tertentu dan setelah perilaku mencuri itu terjadi
ia merasakan penurunan ketegangan dan menjadi rileks.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Ciri-ciri
Kleptomania
Menurut
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders- DSM IV-TR (text
revision) terbitan American Psychiatric Association (Edisi ke IV, 2000):
1)
Pengulangan
mencuri benda-benda yang tidak dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan atau
kadang benda-benda itu diberikan untuk orang lain. Benda-benda yang diambil
adalah benda-benda yang tidak mempunyai nilai, tidak berharga.
2)
Peningkatan
dorongan secara terus-menerus sebelum mencuri.
3)
Timbul
rasa senang ketika mencuri berhasil dilakukan.
4)
Proses
mencuri tersebut tidak dimotivasi oleh rasa marah atau keinginan untuk balas
dendam dan tidak disebabkan oleh delusi dan halusinasi.
5)
Perilaku
tersebut tidak disebabkan oleh conduct disorder, manic episode pada gangguan
bipolar, atau gangguan kepribadian antisosial.
6)
Orang
kleptomania biasanya akan mengalami stres sebelum mengambil dan juga dia tidak
mempunyai rasa bersalah.
7)
Umumnya
Penderita Mampu Membeli Barang Yang Dia Curi.
8)
Penderita
Akan Merasa Tegang Saat Melihat Barang Yang Dia Inginkan Dan Sesaat Sebelum
Mengambulnya.Setelah Berhasil Ia Akan Merasa Senang Dan Lega.
9)
Penderita
mengambil barang secara spontan dan tanpa strategi serta langkah yang rumit,
seringkali ia meninggalkan jejak dan jejak tersebut justru mengarah ke pelaku
tunggal yaitu ia sendiri.
10)
Penderita
tidak merasa bersalah setelah mengambil barang tersebut,bahkan ia akan berani
memakainya di depan si pemilik asli,tetapi ada pula yang menyembunyikan atau
malah mengembalikannya.
11)
Punya
keinginan besar yang begitu mendesak untuk mencuri pada barang yang mungkin
tidak ia perlukan.
12)
Merasa
lega dan puas saat mencuri.
13)
Tapi
setelah mencuri akan merasa bersalah, menyesal, membenci diri sendiri dan takut
ditahan polisi.
14)
Meski
sesudah mencuri timbul rasa takut dan menyesal tapi dorongan untuk mencuri akan
muncul lagi secara spontan atau saat sedang depresi atau stres, sehingga
perilaku kleptomania terus berulang.
15)
Orang
kleptomania mencuri bukan untuk kepentingan pribadi atau balas dendam, tetapi
karena dorongan yang begitu kuat sehingga timbul rangsangan untuk mencuri.
16)
Perasaan
tidak nyaman (inadequacy)
17)
Perasaan
tidak aman (insecurity)
18)
Kurang
memiliki rasa percaya diri (self-confidence)
19)
Kurang
memahami diri (self-understanding)
20)
Kurang
mendapat kepuasan dalam berhubungan sosial
21)
Ketidakmatangan
emosi
22)
Kepribadiannya
terganggu
23)
Mengalami
patologi dalam struktur sistem syaraf
B.
Faktor
Penyebab Kleptomania
Penderita itu tidak merencanakan
melakukan aksi mencuri. Dorongan untuk melakukan itu muncul secara tiba-tiba.
Setelah menyadari keadaannya, pada umumnya mereka yang melakukan tindakan ini
merasa malu dan jarang melaporkan perilakunya ini. Apa yang menyebabkan keadaan
ini, belum diketahui secara pasti. Ada yang menduga dari pandangan
psikodinamika karena ada pertahanan melawan impuls, keinginan, konflik atau
kebutuhan yang menakutkan di alam bawah sadar. Impuls atau keinginan ini
merupakan refleksi motif seksual atau masochistic (kesenangan karena menderita)
dan tindakan mencuri merupakan pengeluaran impuls yang menunjukkan mekanisme
narsisistik individu yang mudah dikritik untuk mencegah pengecilan
diri.penyebab lainnya adalah :
1)
Kejadian
traumatis,atau kehilangan yang membuatnya terpukul.
2)
Bentuk
pemberontakan terhadap suatu system.
3)
Kerusakan
otak dan keracunan CO(karbon monoksida).
4)
Jumlah
cairan otak serotonin yang tidak normal.
5)
Gejala kleptomania cenderung tampak
atau terjadi saat stress yang bermakna (kehilangan, perpisahan, akhir hubungan yang
berarti).
6)
Terjadi karena penyakit otak DNA
retardasi mental (dimana ditemukan keadaan neurologis fokal, atropi otak
kortikal dan pembebasan vertikal lateral serta gangguan metabolisme monoamin
khususnya serotonia).
Kurangnya
kasih sayang ketika masa kanak-kanak pun dapat menjadi penyebab timbulnya
kleptomania, Psikolog dari Rumah Sakit Pondok Indah Roslina Verauli M.Psi
menjelaskan kalau kleptomania umumnya disebabkan oleh kurang harmonisnya
hubungan seseorang dengan keluarga. Misalnya, anak kecil yang kurang mendapat
perhatian atau kontrol dari orangtuanya.
Kebanyakan
penelitian menyokong pendapat bahwa seseorang dengan kleptomania mempunyai
keruwetan dan disfungsi pada masa kanak-kanaknya. Dorongan mencuri adalah usaha
untuk mengembalikan kekurangan pada masa kanak-kanak dini ini. Kleptomania
sering ditemukan merupakan bagian dari spektrum gangguan afektif, atau
memperlihatkan gejala obsesif kompulsif termasuk kompulsif dalam mencuci
tangan, membersihkan, memeriksa, mengumpulkan dan membeli sesuatu atau gangguan
makan terutama bulemia. Kleptomania erat hubungan dengan sistem serotonergik.
Kleptomania adalah penyakit kronik, umumnya dimulai pada
akhir remaja dan kemudian berlanjut beberapa tahun kemudian.
C.
Pendekatan
Kleptomania
1.
Pendekatan Psikologis
Kleptomania
dapat disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya ialah sebagai wadah
pemenuhan kepuasaan. Dilihat dari kacamata ilmu jiwa, kleptomania merupakan
sebuah impuls abnormal untuk mencuri. Ini merupakan penyakit mental patologis.
Seperti gangguan pengendalian impuls lainnya, kleptomania
ditandai oleh ketegangan yang memuncak sebelum tindakan, diikuti oleh pemuasan
dan peredaan ketegangan dengan atau tanpa rasa bersalah, penyesalan, atau
depresi selama tindakan. Mencuri adalah tidak direncanakan dan tidak melibatkan
orang lain.
Walaupun
pencurian tidak terjadi jika kemungkinan akan ditangkap, orang kleptomania
tidak selalu mempertimbangkan kemungkinan penangkapan mereka, kendatipun
penahanan yang berulang menyebabkan penderitaan dan rasa malu. Orang
kleptomania mungkin merasa bersalah dan cemas setelah mencuri, tetapi mereka
tidak marah atau balas dendam. Selain itu, jika benda yang dicuri adalah
sasaran, diagnosis bukan kleptomania, karena kleptomania tindakan mencuri itu
sendirilah yang menjadi sasarannya.
Seperti yang
dikemukan diawal pembahasan ini bahwa kebanyakan dari penderita adalah para
remaja, disaat masa pubertas hingga orang dewasa. Dalam pandangan psikologi,
masa remaja merupakan masa dimana seseorang tengah asyik untuk mencoba-coba
berbagai hal, dari yang bermanfaat bagi dirinya hingga hal-hal yang dapat
memberikan kepuasan dalam dirinya. Ketika seorang remaja mencoba-coba tindakan
tersebut dan dia mendapatkan “reward” berupa kepuasan dalam dirinya, maka ia
cenderung terus melakukan tindakan tersebut, apapun resikonya. Seperti yang
dikemukakan dalam teori Operant Conditioning bahwa seseorang cenderung
mempertahankan perilakunya apabila ia mendapatkan reward dari tindakannya
tersebut. Reward bagi seseorang jelas tidak terbatas hanya pada bentuk materi.
Kepuasan diri dan pemenuhan hasrat mencari sensari dapat menjadi reward yang
besar bagi seseorang. Dalam pandangan psikoanalisa, seseorang mempunyai
dorongan-dorongan dari alam bawah sadar yang biasa disebut dengan “id”.
Dorongan-dorongan tersebut cenderung mengajak manusia melakukan keburukan.
Pandangan Freud tentang manusia adalah pada dasarnya manusia merupakan
kumpulan-kumpulan hasrat jahat. Selain “id” manusia juga memiliki eksekutor
yang disebut dengan “ego”. Ego bertindak sebagai eksekutor dari
dorongan-dorongan yang diberikan id dan dirasionalisasikan oleh “super ego”
sehingga yang tersalurkan lewat ego merupakan tindakan yang telah mengalami
“diskusi” antara id dengan super ego. “Super ego” memberikan pertimbangan yang
lebih baik pada ego dalam melakukan sebuah keputusan dan tindakan dari semua
hasrat/keinginan-keinginan alam bawah sadar. Penderita Kleptomania mempunyai id
yang cukup kuat untuk mengajaknya melakukan tindakan pengambilan barang
seseorang. Dorongan-dorongan tersebut seolah membujuk penderita bahwa dengan
mengambil barang orang lain, maka ia akan mendapatkan hal menyenangkan yang
dapat membuatnya bahagia. Namun bukan berarti super ego tidak bertindak dalam
meminimalisir tindakan tersebut, bahwa sebenarnya penderita masih menyadari
noma-norma dan dan moral dalam bermasyarakat hanya saja saat melakukan tindakan
tersebut, penderita seolah tengah “dirasuki” sehingga pada saat melakukan
tindakan tersebut seolah ia tidak sadarkan diri, terhanyut oleh id-nya untuk
mengambil barang yang sebenarnya tidak ia butuhkan atau bahkan ia dapat
membelinya sendiri. Super ego akan timbul setelah ia melakukan tindakan
tersebut, perasaan bersalah terkadang juga menghantui menderita
kleptomania, sehingga timbulah depresi pada penderita yang terkadang penjadi
penyebab tindakan bunuh diri. Saat sadar ia menyadari tindakannya itu tidak
baik dan membuatnya terpuruk dimasyarakat, namun ia tidak dapat mencegah
tindakannya tersebut saat ia sudah mulai melakukan aksi-nya dalam mengambil
barang orang lain. Karena sensasi-lah yang ia cari, ketegangan saat melakukan
dan perasaan puas saat tindakannya telah selesai dan ia merasa telah berhasil,
bahkan seolah aktualisasi dirinya telah tercapai.
2.
Pendekatan Sosial
Kleptomania
merupakan salah satu gangguan mental. Hambatan-hambatan yang berkaitan dengan
kesehatan mental ialah banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya sebenarnya
mengalami gangguan mental. Disamping itu banyak orang yang menderita gangguan
mental tidak mau menerima perawatan apapun. Pada penderita kleptomania, orang
tersebut bisa jadi sadar bahwa perilakunya merugikan masyarakat dan ia merasa
malu untuk bersosialisasi, namun terkadang peran masyarakat pula lah yang
diperlukan.
Sebagian
orang masyarakat ada yang tidak mengetahui bahwa kleptomania merupakan suatu
gangguan mental. Mereka berfikir orang-orang yang melakukan klepto merupakan
seorang pencuri, sehingga penderitapun dikucilkan dan dicemooh. Sebagian
masyarakat yang lainpun bisa jadi mengetahui gangguan mental kleptomania ini,
namun karena berbagai faktor seperti sulitnya mencari seorang psikolog, tidak
adanya fasilitas-fasilitas yang memadai, kekurangan biaya, sehingga
pengobatan dan perawatan tidak dilakukan. Dengan adanya pendeskriminasian pada
masyarakat, maka akan timbul perilaku menarik diri, merasa diri paling bersalah,
malu untuk bersosialisasi, dan masih banyak hal lain yang mengekang perilaku
sosalisasi penderita. Penderita akan menjadi pribadi yang cenderung pendiam,
menyendiri, tidak mau berkomunikasi dan mengenal orang lain, menjadi orang yang
introvert, merasa masyarakat sekitar memandang hina pada dirinya sehingga tidak
ada keinginan untuk membina sosialisasi. Namun faktor eksternal pun terlibat
seperti, menjauhnya masyarakat dari penderita kleptomania, timbulnya jugdement
masyarakat pada penderita yang terkadang hal ini justru memicu penderita untuk
tetap melakukan tindakan klepto-nya, penderita merasa tidak ada lagi yang
percaya dengan dirinya, maka timbullah stress bahkan depresi berat.
Oleh sebab
itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui berbagai gangguan mental termasuk
kleptomania dan cara pengobatannya, sehingga baik masyarakat maupun penderita
dapat terbebas dari perasaan bersalah dan tindakan yang salah terhadap
penderita.
3.
Pendekatan Spiritual
Dalam agama
Islam, mencuri merupakan perbuatan tercela yang dapat merugikan baik diri
sendiri maupun orang lain. Namun kita harus dapat membedakan antara tindakan
mencuri dengan kleptomania. Mencuri adalah tindakan yang dilakukan secara sadar
dan terencana. Berbeda halnya dengan kleptomania, penderita tidak menyadari
perbuatannya tersebut. Terjadinya tindakan mengambil barang orang lain karna
adanya dorongan-dorongan dan sensasi yang terjadi saat melakukan pengambilan
barang tersebut dan adanya kepuasan saat selesai melakukan tindakan tersebut.
Dalam Islam
mengajarkan bahwa buku amalan akan ditarik dalam 3 kriteria, salah satunya
ialah apabila orang tersebut tidak berakal/adanya gangguan jiwa (hilang
ingatan), maka Allah akan mengampuni kesalahannya. Dosa seseorang akan berlaku
bagi mereka yang bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil. Mereka
yang menyadari dan mengetahui bahwa tindakan mencuri merupakan tindakan buruk
dan merugikan orang lain, namun tetap melakukan hal tersebut, maka jelas ia
telah melanggar larangan Allah dan Allah tidak menyukai perbuatannya. Namun
pada penderita kleptomania, pada saat melakukan tindakan tersebut, hilangnya
kesadaran mereka untuk dapat mengontrol diri dan membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk.
Salah satu penyebab tindakan klepto adalah timbulnya gangguan kecemasan dan hati yang tidak tenang. Maka Allah telah menurunkan firman-Nya seperti diatas. Bahwa dengan mengingat Allah (berdzikir) akan menghindarkan seseorang dari berbagai gangguan jiwa seperti kleptomania. Seorang muslim seharusnya mempercayai bahwa jika ia mengingat Allah dalam setiap keadaan, maka itu dapat menjadi penyembuh dari berbagai penyakit hati dan gangguan jiwa. Sehingga Mencuri untuk alasan apapun adalah tetapalah dianggap salah (termasuk Robin Hood lho!). Namun apa jadinya bila mencuri iu adalah suatu obsesi pada seseorang? keinginan itu muncul begitu saja dengan sendirinya ketika melihat suatu barang. Padahal Barang ini sering dianggap tidak berharga sama sekali jika di lihat dari sisi nominal (gula, permen, sisir dll), namun keinginan untuk mencuri itu begitu sangat kuat mereka padahal mereka sadar jika mereka bisa membelinya dengan mudah, kecenderungan inilah yang di sebut Kleptomania.
Kleptomania termasuk gangguan penguasaan diri, di mana tatkala hasrat mencuri muncul, penderita tidak sanggup mencegahnya. Pencurian tidak direncanakan, tapi merupakan tindakan atas dorongan sesaat saja. Penderita butuh dorongan teman/tim pendukung dan mesti meminta pertolongan Tuhan serta hidup dekat dengan Tuhan.
Istilah kleptomania berasal dari dua kata, klepto dan mania, di mana klepto berarti mencuri sedangkan mania bermakna sebuah kegemaran yang berlebihan. Di bawah ini dipaparkan beberapa hal tentang kleptomania:
Kleptomania masuk dalam kategori gangguan penguasaan diri, di mana tatkala hasrat mencuri muncul, maka tidak ada kesanggupan pada penderitanya untuk mencegahnya. Penderita kleptomania tidak merencanakan pencurian, ia bertindak atas dorongan sesaat saja.
Pencurian pada kleptomania dilakukan bukan karena kegunaan atau nilai yang terkandung pada benda curian. Biasanya barang curian itu diberikan kepada orang lain atau dibuang dan hanya dalam kasus tertentu, barang itu disimpan.
Sesaat sebelum melakukan pencurian, si individu merasakan ketegangan dan keresahan, sesudah pencurian, ia akan merasa lega dan puas.
Pencurian pada kleptomania dilakukan bukan sebagai ungkapan kemarahan dan balas dendam kepada pihak tertentu.
Penderita kleptomania menyadari bahwa perbuatannya salah dan acap kali merasa tertekan dan sedih namun ia tidak bisa menguasai dirinya tatkala hasrat itu muncul.
D.
Pencegahan
dan Cara Mengatasi Kleptomania
Berdasarkan pemahaman bahwa gangguan
ini disebabkan masa kecil yang tidak terpuaskan yang bisa menimbulkan
kegelisahan atau depresi, banyak spikiater mencoba memberikan obat anti-sedih.
Namun banyak yang menyembuhkan penderita dengan melakukan pendekatan
psikoterapi dengan cara memperbaiki perilaku atau mengubah cara pemahaman
penderita mengenai dirinya. Sebenarnya kleptomania bisa di obati obat-obatan
yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit obsesif-kompulsif,anti depresi
seperti PROZAC,PAXI atau ZOLOFF.Penyembuhan dengan pendekatan psikoterapi dengan
orientasi pemahaman memerlukan waktu panjang bisa 2-3 tahun. Ada baiknya
dilakukan pendekatan untuk mengenal dirinya melalui meditasi. Dengan meditasi,
penderita diajar untuk memusatkan pikirannya. Bila ia bisa melakukan pemusatan
pikiran dan kemudian ia bisa tidur nyenyak, maka keseimbangan yang diperoleh
ini akan meningkatkan fungsi sistem yang ada dalam tubuhnya. Sistem saraf
otonom, sistem daya tahan tubuh dan sistem hormonal akan bekerja bersama-sama
dalam keadaan seimbang yang mempengaruhi sistem neurotransmiter. Keseimbangan
neurotransmiter ini akan meningkatkan kesadaran anak yang menyebabkan adanya
pemahaman diri. Jika dengan dirinya sendiri ia belum mampu untuk memahami
dirinya dan mengontrol dirinya, maka anak perlu ditangani oleh psikiater untuk
mendapatkan psikoterapi meditasi sehingga proses pemahaman bisa diperoleh lebih
cepat.
Jika permasalahannya lebih banyak
disebabkan oleh masa kecil yang tidak terpuaskan, maka memperbaiki trauma masa
lampau sangat membantu anak memahami dirinya. Anak akan dibawa untuk merasakan
apa yang terjadi waktu kanak-kanak dan menyelesaikan permasalahannya itu. Kalau
permasalahan waktu kecil sudah dipahami seumur munculnya masalah itu, maka
diharapkan editing sejak mulai adanya permasalahan sampai ke keadaan sekarang
akan terjadi secara otomatis yang dilakukan oleh sendiri dirinya. Dengan anak
ini melakukan meditasi selama 10 menit setiap hari dua kali, diharapkan
disiplin diri sudah terbentuk, pengontrolan diri sudah terlatih sehingga
munculnya impuls untuk mencuri bisa segera disadari dan dicegah untuk
bertindak.
Terapi yang digunakan dalam
penyembuhan kleptomania adalah cognitive-behavioral therapy (CBT), terapi
keluarga, terapi psikodinamika, self-group therapy dan rational emotive
therapy. Pada CBT individu diharapkan dapat mengindentifikasi perilaku yang
salah, pikiran negatif dan mengubah pikiran dan perilaku tersebut secara lebih
sehat. Pada cognitive-behavioral therapy dan rational emotive therapy diberikan
beberapa perlakuan seperti covert sensitization, dimana individu direkam secara
diam-diam ketika melakukan pengutilan, hasil rekaman tersebut akan
diperlihatkan kepada individu dengan pengarahan konsekuensi sosial terhadap
perilakunya itu. Aversion therapy merupakan sesi dimana individu berusaha
mengatur pernafasan secara tepat, menahan nafas untuk beberapa saat ketika rasa
tidaknyaman muncul yang diakibatkan oleh dorongan-dorongan tersebut kembali
muncul.
Menanamkan konsep kepemilikan.
Dengan memahami konsep kepemilikan, anak-anak akan bertanggung jawab dengan
barang-barang miliknya dan menghormati barang orang lain. Jika dia menginginkan
barang orang lain, anak harus minta izin terlebih dahulu. Untuk mengasah
empatinya, diskusikan dengan anak apa yang dia rasakan jika barang yang dimilikinya
diambil oleh orang lain tanpa izin.
Membiasakan bersikap jujur. Tanamkan
pada anak untuk selalu berkata dan bersikap jujur karena itu adalah modal untuk
mendapatkan kepercayaan orang lain.
Menjadi teladan. Orang tua harus
menjadi contoh yang baik karena mereka selalu melihat apa yang orang tua
lakukan.
No labelling. Jangan kacaukan upaya
perbaikan sikap anak dengan mengungkit-ungkit peristiwa pencurian yang telah
dia lakukan, apalagi ditambah dengan memberikan julukan "si klepto"
atau "tukang nyuri" karena saat dipanggil dengan julukan tersebut
maka dia akan berperilaku sesuai dengan julukannya.
Ingatkan bahwa selalu "ada yang
Maha Melihat". Dengan memberikan pendidikan agama sejak dini, kita bisa
memasukkan konsep Ketuhanan dan mengingatkan anak bahwa dimanapun mereka
berada, tidak akan pernah sendirian karena Tuhan selalu melihat apa saja yang
mereka lakukan. Dan Tuhan akan menyayangi anak-anak yang berbuat baik.
Mencukupi
kebutuhan anak. Banyak anak suka mencuri karena
keinginan yang dibutuhkan belum terpenuhi. Sebaiknya orang tua mengoreksi diri,
apakah ada kebutuhan anak yang belum dicukupi? Kelalaian itu bisa terjadi dalam
bentuk: tidak memberi makanan yang bergizi, atau tidak menyediakan alat tulis
yang dibutuhkan, atau keperluan sehari- hari lainnya. Semuanya itu akan membuat
anak tergoda untuk melakukan pencurian.
Memberi
perhatian yang cukup. Ada pencurian karena adanya
ketidakstabilan dalam jiwa anak. Orang tua yang sibuk hanya tahu mencukupi
kebutuhan anak secara materi, tetapi melalaikan kebutuhan rohaninya. Bila anak
itu sehat, puas dan stabil jwanya, tidak mungkin ia mencuri untuk mencari
perhatian orang dewasa.
Mengenali pergaulan anak. Ketika diketahui anak
mulai suka mencuri, segera selidiki lebih dahulu tentang teman-temannya. Apakah
ia bergaul dengan teman-teman yang berperangai buruk, yang menganggap mencuri
itu satu keberanian atau mereka diancam untuk mencuri. Jika benar teman-teman
itu yang bermasalah, maka dengan sabar orang tua harus mengajar anak dan
menjelaskan akibat buruk dari mencuri itu.
Menyelidiki motivasinya. Selain unsur di atas,
mungkin masih ada motivasi yang tersembunyi yang mendorong anak itu mencuri.
Cobalah untuk mengetahui kehidupan sosial anak itu, mungkin mereka sedang
berpacaran atau sedang terjerumus pada obat-obat terlarang seperti: ganja atau
minuman keras. Bila orang tua dengan teliti menyelidiki motivasi anak mencuri,
maka akan lebih mudah mengatasi masalahnya.
Memasukkan konsep nilai yang benar. Sejak kecil
orang tua sudah harus mendidik perbedaan antara "ini milik kamu" dan
"ini milik saya". Jangan membiarkan anak sembarangan mengambil barang
orang lain. Kalau dalam tas atau di saku ditemukan barang milik teman, anak
harus segera mengembalikannya. Menerapkan konsep yang benar harus disertai
dengan teladan yang baik supaya anak tidak tamak terhadap hal apa pun sekalipun
itu hal yang kecil atau sembarangan meminjam barang milik orang lain.
Berikanlah penghargaan dan pujian bila mereka mampu mengurus atau mengatur
barangnya sendiri.
Melakukan usaha secara bersama. Jika anak
sendiri tidak berniat untuk membuang kebiasaan yang jelek, meskipun orang tua
atau guru memaksa atau menekan mereka, hasilnya tetap akan sia-sia. Usahakanlah
untuk bekerja sama dengan anak, menasihati dan menjelaskan sebab-akibat dari
tindak mencuri, atau membantu mereka untuk mencari jalan ke luar yang bisa
dilakukan, kemudian berdoalah bersama mereka agar bersandar pada anugerah Tuhan
untuk hidup dalam kemenangan.
Mendidiknya dalam kebenaran. Hati nurani manusiapun
berbicara bahwa mencuri itu dosa dan Allah akan menghukum dosa itu. Apabila
anak itu dalam kelemahannya telah berbuat dosa, berikan pengertian bahwa ia
tetap disayangi, apalagi oleh Allah, jika mau bertaubat dan berjanji tidak akan
mengulangi lagi.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Klepto diartikan sebagai suatu
kecendrungan yang dimiliki seseorang untuk mengambil benda-benda milik orang
lain, dengan atau tanpa sepengetahuan orang tersebut. Mania berarti dilakukan
berulang kali dan menjadi suatu kebutuhan untuk orang tersebut. Kleptomania
sebenarnya sama saja dengan mencuri karena intinya adalah mengambil milik orang
lain.
Kleptomania
merupakan suatu gangguan psychis (gangguan kejiwaan) yang disebabkan oleh
pengalaman dan perilaku masa kecil yang mendalam dan banyak faktor yang
membuat kebiasaan itu semakin tumbuh berkembang. Kebanyakan penelitian
menyokong pendapat bahwa seseorang dengan kleptomania mempunyai keruwetan dan
disfungsi pada masa kanak-kanaknya. Dorongan mencuri adalah usaha untuk
mengembalikan kekurangan pada masa kanak-kanak dini ini.
B.
Saran
1.
Individu harus bisa memahami dirinya
sendiri, individu memahami sifatnya,memahami
wataknya intinya ia bisa mengenal siapa dirinya ini.
2.
Dalam hal ini orang tua harus lebih
memperhatikan anak dengan cara membangun relasi anatara anak dan orang tua
dengan baik agar anak tidak merasa kurang diperhatikan.
3.
Agar dapat mengarahkan individu kearah yang
lebih baik maksudnya orang tua dan guru-guru bidang studi dan pembimbing dapat
membimbing dan mengarahkan individu agar
tidak mengulangi kesalahan yang individu perbuat.
4.
Orang tua adalah yang diberi tugas khusus di samping mengajar
untuk mengelola pribadi yang lebih baik, agar bahwasannya individu lebih
mengarah ke pribadi yang lebih baik ,dalam hal ini orang tua sangat berperan
penting untuk membimbing individu untuk menciptakan kepribadian yang lebih
baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sawitri Supardi
Sadarjoen. 2005. Jiwa Yang Rentan.
Jakarta : Kompas
Nungky Gabriel. Senin, 22 Oktober 2012. P: 1. Jum’at, 22 November 2013.
http://polaricius.blogspot.com/2012/10/kleptomania.html.
Rabu, 06 November 2013. Kleptomania, gangguan jiwa yang unik
http://hadinisme.blogspot.com/2010/03/kleptomaniagangguan-jiwa-yang-unik.html), kleptomania (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2174451-kleptomania/)
Rabu, 06 November 2013 Kleptomania, gangguan jiwa untu mencuri.
(http://www.infogue.com/viewstory/2010/12/13/ternyata_mencuri_itu_gangguan_jiwa_yang_serius/?url=http://www.tahukah-kamu.com/2010/10/kleptomania-gangguan-kejiwaan-untuk.html)
Novi Nolitavia. Selasa, 20 Maret 2012.
P:1-2. Jum’at, 22 Nov 2013.
Selasa, 06 Oktober 2009. Jum’at,22 Nov 2013.
Rabu, 14
November 2012. page : 1-6. Sabtu, 16 N0vember 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar